Sunday, March 8, 2015

sejarah penulisan kitab Al muwatho karya imam Malik

Suatu ketika Khalifah Al Manshur meminta Imam Malik untuk menuliskan sebuah kitab yang berisi hadits-hadits Rasulullah dan perkara-perkara seputar Sahabat serta fatwa-fatwa mereka agar kitab tersebut dapat menjadi undang-undang yang akan di terapkan di seluruh pengujung negara tetapi Imam Malik ragu untuk menerima permintaan sang khalifah, khalifah pun terus medesak Imam Malik agar mau menerimanya, hingga Akhirnya Imam Malik pun menerima permintaan tersebut, kemudian berusaha mengerjakannya dengan sesempurna mungkin dengan kadar kemampuan yang dia sanggupi oleh karena itu Imam Malik menghabiskan beberapa tahun untuk menyiapkan kitab tersebut, di sisi lain ada sekelompok ulama yang ikut dan bersegera melakukan apa-apa yang Imam Malik kerjakan, mereka berusaha mendahului Imam Malik karena ingin mendapatkan keridhoan sang khalifah, beberapa sahabat Imam malik pun menemui Sang Imam untuk mengabarkan bahwasanya Imam malik lambat dalam mengerjakannya, tetapi Imam Malik tetap membiarkan orang lain untuk mendahuluinya seraya berkata :

"لا يرتفع إلا ما أُريد به وجه الله تعالى"

“tidak akan muncul kecuali sesuatu yang di inginkan dengannya wajah Allah Ta’ala”

dan sungguh telah banyak ulama-ulama pada masa Imam Malik yang menuliskan kitab-kitab semisal kitab Al-Muwattho’ serta mengajukannya kepada khalifah Al-Manshur, akan tetapi setiap kali Imam Malik diminta untuk bersegera menyelesaikan kitabnya karena orang-orang telah banyak mendahuluinya, Sang Imam hanyalah berkata :

" ما كان لله يبقى "

“Sesuatu yang dilakukan karena Allah maka dialah yang akan kekal”

Sebuah perkataan emas yang layak ditulis dengan tinta emas, seakan-akan kalimat ini menjadi kaidah di dalam beramal. kemudian Imam Malik pun terus melanjutkan kitabnya dalam kurun waktu yang cukup lama, dan khalifah Al-Manshur pun wafat, sampailah pada masa kekhalifaan Harun Ar-Rasyid, Imam Malik dapat menyelesaikan kitabnya, sang khalifah pun sangat menerima kitab nya dengan respon yang sangat baik dan mengangapnya sebagai sesuatu yang sangat istimewa, kemudian khalifah Harun Ar-Rasyid pun ingin meletakan kitab Al-Muwatho’ milik Imam Malik di Ka’bah tetapi Sang Imam menolaknya karena Sang Imam menyadari sebuah karya manusia pasti memiliki kekurangan dan celah.

Kesimpulan yang terjadi bahwasanya perkataan Imam Malik pun terbukti hingga pada hari ini kitab Al-Muwattho’ karya Imam Malik menjadi salah satu kitab hadits yang paling penting, hampir-hampir tidak ada satupun perpustakaan islamiyah yang tidak memiliki kitab Al-Muwatho’ karya Imam Malik. adapun kitab-kitab lainya yang di tulis oleh orang-orang yang ingin menyaingi Imam Malik maka lihatlah sungguh tidak ada lagi sisa-sisa bekas kitab-kitab tersebut entah kemana perginya, perhatikanlah bagaimana seluruh amalan yang dilakukan dengan tidak mengharapkan wajah Allah maka dia akan sirna dan tidak akan pernah tersisah baik di dunia apalagi di akhirat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

{كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ} [القصص: 88]

(Segala sesuatu pasti akan binasa kecuali wajah Allah)

Ibnu katsir di dalam tafsirnya membawakan perkataan Mujahid dan Ats-Tsauri di dalam menafsirkan ayat ini yaitu : Seluruh amalan pasti akan sirna kecuali apa-apa yang hanya diinginkan dengannya wajah Allah.

Semoga Allah memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita untuk selalu memurnikan seluruh amalan-amalan kita zhohir maupun bathin yang mana dengannya kita hanya mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala karena segala sesuatu yang dilakukan karena Allah maka dialah yang akan kekal.

Wallahu A’lam

Al-Madinah, 8 Shafar 1436
Tenri Handriadi

No comments:

Post a Comment